29 Maret 2016 dunia penerbangan dihebohkan dengan sebuah pembajakan pesawat. Seseorang naik sebuah pesawat Egyptair dengan nomor penerbangan MS181 dari Bandara Borg El Arab (HBE/HEBA), Iskandariyah ke Bandara Internasional Kairo, lalu membajak pesawat tersebut dengan mengaku membawa sabuk berisikan bahan peledak. Beliau minta agar kedua pilot menerbangkan pesawat tersebut menuju Bandara Internasional Larnaka (LCA/LCLK) di Siprus.
Kabar pembajakan ini langsung menghebohkan dunia yang merasa sedang dikepung oleh serangan² teroris, termasuk ancaman teror untuk penerbangan² dari bandara² di Mesir akibat kejadian kecelakaan pesawat A321 Metrojet belum lama ini yang dicurigai akibat bom meledak. Pihak maskapai Egyptair pun cepat mengkonfirmasi kabar ini.
Our flight MS181 is officially hijacked. we'll publish an official statement now. #Egyptair
— EGYPTAIR (@EGYPTAIR) March 29, 2016
Namun banyak pertanyaan² yang cepat timbul pula. Situs komunitas ADS-B dunia, FlightRadar24, dengan cepat mengumumkan terjadinya pembajakan tersebut, namun tetapi kode transponder standar untuk pembajakan, 7500, tidak digunakan dan pesawat tetap menggunakan kode transponder yang diberi saat berangkat dari Iskandariyah. Lalu ketika pesawat mendarat, tidak lama kemudian semua wanita dan anak² diperbolehkan turun, dan kemudian diikuti oleh semua penumpang laki² berwarga kenegaraan Mesir. Beberapa jam kemudian, beberapa orang kabur dari pesawat, dan pembajakan diakhiri dengan menyerahnya pembajak pesawat.
Sewaktu kejadian, sayapun langsung ditelpon oleh salah satu TV di India yang ingin menanyakan ke saya mengenai kejadian ini. Mereka sepertinya kebingungan, kok bisa ada hal ini terjadi, dan kok bisa pembajak masuk kokpit meskipun ada pintu penghalang dengan kode rahasia, dan pertanyaan kenapa kode pembajakan tidak terdeteksi. Saya sempat kewalahan memikirkan 3 pertanyan bertubi-tubi tersebut, namun ternyata jawabannya cukup mudah dan melawan kekhawatiran banyak orang:
- Memang keamanan bandara² di Mesir sedang dicurigai lemah setelah kejadian kecelakaan pesawat A321 Metrojet akhir tahun lalu, namun ini tidak bisa menjadi indikasi apakah benar atau tidak ada pembajak benar² bisa membawa sabuk peledak hingga ke pesawat. Crew melakukan aksi yang benar dengan tidak mengambil resiko perlawanan.
- Pintu kokpit yang tahan peluru fungsinya adalah menghentikan pemaksaan masuk termasuk dengan menggunakan sejata tajam. Namun ketika ada orang mengaku membawa sabuk peledak dan berdiri didepan pintu kokpit, kalau benar sabuk peledak itu berisikan high explosives, konsekuensi menolak menuruti tuntutan pembajak bisa mengakibatkan pesawat diledakkan yang berpotensi semua orang di pesawat kehilangan nyawa. Awak kokpit tentu akan mempertimbangkan dan mencoba menegosiasi untuk memperhitungkan faktor² resiko di saat itu dan bisa jadi mereka memutuskan bahwa lebih aman mereka kasih si pembajak masuk demi ketenangan agar bisa sampai ke tempat yang diminta dengan aman dan selamat.
- Kode transponder pembajakan, yaitu 7500, digunakan ketika pilot merasa keamanan pesawatnya terancam oleh seseorang yang mencoba mengambil alih atau kuasa pesawat. Kode ini bisa langsung dimasukkan agar pihak ATC tahu masalah yang terjadi dan awak pesawat bisa bebas mengambil aksi apa saja yang dibutuhkan dalam menangani upaya pembajakan, termasuk jika pembajak tidak ingin dunia tahu aksi ulahnya yang sedang berlangsung. Kalau tidak nyala artinya apa?
- Pembajak tahu mengenai kode tersebut dan menginstruksikan pilot untuk tidak menggunakannya; atau
- Pembajak ingin pihak² berwajib tahu bahwa pesawat sedang dibajak dengan mengumumkannya di radio komunikasi. Kalau ini sudah terjadi, dan menurut pilot tingkat resiko keselamatannya rendah, maka dia tidak akan menggunakan kode transponder tersebut sebagai isyarat bagi otoritas berwenang di tempat tujuan.
Point yang terakhir ini mungkin sulit diterima bagi banyak orang, namun kita lihat saja apa yang dilakukan oleh sang pembajak ketika pesawat mendarat di Larnaka. Dia bukan mengumumkan daftar permintaannya, tetapi malah melemparkan beberapa lembar (5) kertas dari kokpit pesawat dan meminta agar pihak berwajib Siprus mengantarkan lembar² kertas tersebut ke mantan istrinya yang berwarga negara Siprus. Tidak lama kemudian, sang pembajak pun mulai memperbolehkan penumpang turun sesuai keterangan diatas, dan kemudian pembajakan berakhir beberapa jam kemudian.
Salah satu pakar internasional mengenai penerbangan mengkritik keputusan pilot yang menuruti permintaan pembajak. Menurutnya seharusnya pilot tahu bahwa jaman sekarang tidak mungkin orang bisa membawa bom masuk ke pesawat. Namun sebelum anda setuju dengan beliau dan mentertawakan kejadian ini, namun kita harus ingat, bahwa:
- Ancaman pembajakan pesawat tetap masih ada, baik dari teroris, orang mencari suaka, penjahat kriminal, bahkan orang gila.
- Meskipun kemungkinan besar bahwa sabuk peledak yang diakui dibawa oleh pembajak hanyalah tipuan, awak pesawat tidak mengambil resiko.
- Prosedur yang ditetapkan mengenai pembajakan masih memberi ruangan bagi awak pesawat untuk mengambil penilaian dan keputusan, seperti tidak menggunakan transponder code 7500, dan lain².
Pembajakan pesawat adalah hal yang serius. Orang yang awalnya dicurigai adalah pembajak, Dr. Ibrahim Smaha, mengatakan bahwa beliau hanyalah penumpang bukan pembajak. Aparat di Siprus pun kemudian mengumumkan bahwa pelaku pembajakan ini adalah Seif Eldin Mustafa.
The #hijacker of #MS181 is Seif Eldin Mustafa. The situation is still ongoing.
— Cyprus MFA (@CyprusMFA) March 29, 2016
Cepatnya akhir dari pembajakan ini, menandakan bahwa pembajakan ini bukanlah pembajakan dengan motif politik yang kuat. Aparat di Siprus mengatakan bahwa pelaku pembajakan ini kemungkina mengalami gangguan jiwa khususnya gangguan kestabilan mental.
Apapun itu, dan benar atau tidaknya si pembajak membawa bom, sepertinya keyakinan dunia terhadap keamanan bandara di Mesir masih dipertanyakan. Yang pasti, kita semua bersyukur insiden ini berakhir tanpa ada korban jiwa.
Official sources at EGYPTAIR declared the release of all the hostages and the arrest of the hijacker. #EgyptAir
— EGYPTAIR (@EGYPTAIR) March 29, 2016