A380-800 9V-SKC Singapore Airlines di Jakarta 4-Mei-2012, karena medical diversion. (Photo from Detik.com) |
Setelah A380 debut di Jakarta karena medical diversion tanggal 4 Mei 2012, pihak operator bandara Soekarno Hatta (WIII/CGK), Angkasa Pura II, menggunakan kesempatannya untuk mempromosikan kemampuanya sekaligus untuk menjawab baik kekhawatiran dan kritik dari beberapa kalangan yang mempertanyakan kemampuan bandara untuk bisa menampung pesawat raksasa tersebut.
Dalam waktu hanya beberapa jam saja, kritikan² asbun mulai timbul, ada yang mengisukan bahwa permukaan runway dan taxiway yang digunakan oleh si A380 tersebut harus di cek dan diperbaiki karena tidak mampu menahan beban, agar tidak menimbulkan resiko keselamatan penerbangan.
Sudah sejak cukup lama, pembuat pesawat A380, Airbus, menyatakan bahwa landasan pacu dan taxiway yang bisa menampung beban berat pesawat Boeing 747-400, wajarnya mampu untuk dilewati oleh A380, dan modifikasi yang butuh dilakukan oleh pihak bandara adalah di apron (penyesuaian dengan ukuran dimensi pesawat) dan boarding gate (penambahan area untuk penumpang lebih banyak, serta garbarata yang mampu mencapai lantai atas A380 jika ingin melakukan boarding/deboarding lebih cepat).
Sebenarnya bagaimana? Yah, mungkin baiknya kita simak dulu fakta² yang ada.
Menurut Aeronautical Information Publication resmi untuk Indonesia, semua taxiway, landasan pacu, dan apron di bandara Soekarno-Hatta International Airport Jakarta (CGK/WIII), diberikan Pavement Classification Number (PCN) 120 R/D/W/T… Mari kita ambil angkanya dan dua huruf pertama, R dan D (R = Rigid Pavement, D = Subklasifikasi D = CBR 3).
Dalam dokumen Airplane Characteristics For Airport Planning untuk A380 yang diterbitan oleh Airbus (bisa diunduh melalui http://www.airbus.com/support/maintenance-engineering/technical-data/aircraft-characteristics/), Dengan angka PCN 120 R/D berarti pesawat A380 bisa menggunakan bandara (hingga 10,000 pergerakan setahun) hingga berat bobot sekitar 590 ton. Berat maksimum untuk pergerakan di darat (maximum design taxi weight) untuk A380-800 dibatasi diangka yang lebih rendah, 571 ton.
Bila ada yang mau rempong heboh mengenai pavement strength bandara dan efek ke pengoperasian pesawat, mereka yang desperate mencari target mungkin lebih baik rempong heboh mengenai pengoperasian pesawat Boeing 777-300ER di Jakarta yang digunakan oleh Emirates (DXB-CGK) dan akan digunakan oleh Garuda mulai kwartal kedua tahun 2013. Meskipun 777-300ER memang lebih kecil dari A380, tetapi beban pesawat terhadap permukaan aspal/beton di bandara juga tergantung dengan distribusi berat dan konfigurasi roda pesawat. Nah, untuk PCN 120 R/D, pesawat Boeing 777-300ER dibatasi pada berat 330 ton, sedangkan maximum design taxi weight-nya adalah 352.4 ton! (Data ini bisa diunduh dari situs Boeing).
Bagi para ahli-instan-yang-kurang-informasi-tetapi-tetap-menjadi-pelacur-perhatian, sudahlah, nggak usah rempong-heboh-asbun! Bisa diem gak sih?…
nilai PCN kalau dikonversi ke satuan ton gimana cara hitungnya om ???
semoga setelah kejadian itu bandara soekarno-hatta akan semakin dikenal.