Ucapan selamat datang yang mendisasosiasikan bandara tersebut dari Jakarta membawa kebingungan bagi sebagian penumpang. Sewaktu kembali dari Singapore Airshow pertengahan bulan Februari 2016, saya sendiri mendengar arriving message yang baru. Di sebelah saya seorang penumpang warga negara asing kebingungan ketika mendengar “Tangerang, Banten” dan tidak ada kata² Jakarta. Penumpang tersebut baru bisa tenang ketika mendengar “passengers for Jakarta please disembark here.”
Ada juga yang mengatakan langkah walikota Tangerang tersebut wajar karena lokasi bandara memang berada di wilayahnya, tetapi menurut saya ini hanya akan menurunkan travelling experience bagi si penumpang, bukan meningkatkan awareness dan international awareness mengenai kota Tangerang tanpa mengurangi travelling experience.
Sekarang kalau memang beliau mau meningkatkan awareness mengenai kota Tangerang, mari kita lihat realitanya. Foto ini diambil pada sore hari 28 Februari 2016 di Jalan Husein Sastranegara, dekat bandara:
Captioni foto tersebut yang diunggah ke situs media sosial Facebook:
..lha ya jangan cuma klaim bandara di wilayah Tangerang, jalanan sekitarnya perbaiki juga dong…
Seingat saya jalan ini dari dahulu selalu rusak dan tidak nyaman untuk dilewati, belum lagi kalau terjadi kemacetan. Kalau hujan, bolongan dari aspal yang rusak menjadi kubangan kecil yang kotor, seperti terlihat di foto.
Padahal walikota Tangerang sedang mengadakan program Perjaka Gesit! Ya, anda tidak salah baca… Perjaka Gesit, yang artinya, Perbaikan Jalan Kota Gerakan Sehari Tuntas.
“Apabila ada jalan yang rusak, masyarakat maupun pengguna kendaraan bisa langsung melaporkan atau memberikan informasi, mulai dari sosial media (twitter) maupun datang ke kantor,” kata Nana Trisyana.”
Sungguh lucu program Perjaka Gesit ini karena sepertinya tidak ada yang melaporkan kerusakan jalan ke pemerintah kota Tangerang. Namun terlepas dari itu, jika memang pemerintah kota Tangerang serius meningkatkan citra dan awareness terhadap kotanya, seharusnya mereka tidak menunggu mendapatkan laporan mengenai kerusakan jalan yang satu ini! Kenapa? Karena jalan ini seingat saya dari dulu selalu rusak! Apakah mereka lupa bahwa jalan ini adalah bagian dari kota Tangerang? Atau mereka ingatnya cuman Bandara saja?
Salah satu Kasubdit di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sempat geleng² kepala pada saat mendengar permintaan walikota Tangerang bulan lalu, karena di salah satu grup penerbangan di Facebook, beliau mengatakan:
Announcement letak lokasi bandara tidaklah terlalu penting, yang paling penting adalah pajak pajak dan retribusi yg menjadi hak daerah tempat bandara berada tidak dipungut pihak lain / pemerintah daerah lain (karena) bandara CGK merupakan tambang emas Pendapatan Asli Daerah Tangerang, jangan sampai diambil DKI.
Tetapi kenyataannya PEMDA Tangerang payah, pajak dan retribusi yg didapat dari bandara ratusan milyar tapi lingkungan sekitar bandara tdk diurus. Jalan Rawa Bokor rusak & tiap hari macet tapi tak ada perbaikan, sudah bertahun-tahun seperti itu. Pakai hasil retribusi parkir bandara selama 2 bulan saja mungkin sudah cukup buat pelebaran jalan dan bangun jembatan Rawa Bokor.
Komentar ini pun langsung disambung oleh anggota lain di grup tersebut:
Jangankan yang dirawa bokor, yang dekat AirNav aja (yang) nota bene dekat PemKot jalannya hancur, ditambah lagi tidak ada niatan pelebaran jalan dari trafic light Tanah Tinggi menuju Bandara.
Sebentar… Rawa Bokor? Ya, tempat foto tadi diambil dong! Foto tersebut membuat saya jadi skeptis mengenai niat walikota Tangerang. Apakah beliau serius dengan alasannya mengenai menaikkan profil kota Tangerang? Atau memang merasa punya sapi perah? OK, kita harus mencoba untuk fair disini, komentar² diatas dibuat di akhir bulan Januari 2016 sedangkan program Perjaka Gesit dimulai di bulan Februari 2016. Tetapi apakah sepanjang bulan Februari tidak ada satupun anggota pemerintah kota Tangerang yang merasa Jalan Husein Sastranegara tersebut sebaiknya diperbaiki?
Saya jujur menjadi khawatir, mau sampai mana Walikota Tangerang ini nantinya? Apakah nanti beliau akan meminta maskapai untuk tidak memasarkan penerbangan ke bandara Soekarno-Hatta sebagai penerbangan ke Jakarta, tetapi harus memasarkannya sebagai penerbangan ke Tangerang? Kalau iya, bilamana hal ini tidak diterapkan ke maskapai asing, maka maskapai Indonesia akan sangat dirugikan, karena warga negara asing yang ingin ke Jakarta tidak akan naik pesawat maskapai Indonesia karena tidak tertera bahwa Lion Air atau Garuda Indonesia terbang dari, misalnya, Singapura ke Jakarta, tetapi Singapura ke Tangerang. Kalau beliau ingin memaksakan maskapai asing untuk melakukan hal yang sama, dasar hukumnya apa? Sanksi apa yang bisa diberikan ke maskapai asing yang melanggar? Saya rasa tidak ada. Contohnya saja, maskapai penerbangan asing masih mengatakan “Welcome to Jakarta Soekarno-Hatta International Airport,” dan belum ada pemberitahuan resmi yang diterima oleh maskapai asing mengenai hal ini di awal bulan Februari.
Sebelum anda mengatakan, “Tidah usah absurd begitu dong! Mana mungkin dia separah itu,” kepada saya, saya juga berharap hal itu tidak akan terjadi, tetapi ini juga walikota yang sama yang menggegerkan banyak pihak karena menganggap mie instan dan susu formula sebagai salah satu penyebab LGBT.
Menurut saya pribadi, komentar beliau yang satu ini malah lebih berhasil meningkatkan awareness dunia terhadap eksistensi kota Tangerang dibanding arrival announcement bandara. Berikut kutipan dari artikel di Daily Mail:
The mayor of a major Indonesian city has come under fire for suggesting instant noodles and children’s formula is making babies gay.
Tangerang Mayor Arief R Wismansyah made the bizarre claim during a pregnancy seminar in the city, located to the west of Jakarta, earlier this week.
Ngapain repot² ngurusin arrival announcement airline yah kali begitu? Ah sudahlah… mari kita lihat gebrakan berikutnya apa…